KARYA TULIS
(Project Report)
Being A District Trainer and A
Master Trainer of Teacher Training Projects in Improving the Teachers' Quality as an Implementation of Society Development Program
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Lomba Guru MTs
Berprestasi 2013 di Lingkungan Kementerian Agama
Tingkat Provinsi Jawa Timur
Oleh:
UMI
MAHMUDAH, SPd., M.Ed.
MTsN
TAMBAKBERAS JOMBANG
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JOMBANG
TAHUN 2013
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahhirrabil
alamin, penulis telah berhasil
menyelesaikan karya tulis tentang kegiatan-kegiatan selama menjadi District
Trainer (Pelatih Wilayah) pada Program IAPBE (Kemitraan Indonesia-Australia) di
Kabupaten Jombang periode 2005-2007 dan sebagai Master Trainer pada program
ELTIS (Pelatihan Guru Bahasa Inggris di Sekolah-sekolah Islam) periode 2007 – 2010 di Propinsi Jawa Timur
(Pamekasan, Sumenep, Probolimggo, dan Situbondo. Program ini didanai dan disponsori oleh
Pemerintah Australia ( Ausaid)
Karya tulis ini khusus
ditujukan sebagai persyaratan dalam mengikuti
Lomba guru MTs Berprestasi 2013 dilingkungan Kementrian Agama Tingkat
Propinsi Jawa Timur. Semoga bisa
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.
Jombang,
Agustus 2013
Penulis
BAB I
PENDAHALUAN
Seiring
dengan berkembangnya dan pesatnya pertumbuhan teknologi, kebutuhan akan
tingginya ilmu pendidikan di Indonesia
mutlak harus terus ditingkatkan. Jika melihat Human Development Index (Indeks
Pembangunan Manusia) tahun 2012 dari www.undp.org.
peringkat Indonesia di nomor 121 dari 187 negara, dibandingkan dengan negara
Malaysia yang berada di urutan 64, sangat jauh selisihnya. Pada jaman dulu
berbondong-bondong pelajar justru warga Malaysia yang belajar di Indonesia.
Akan tetapi beberapa tahun terakhir justru banyak pelajar dan mahasiswa yang
dikirim belajar ke Malaysia. Sungguh kita perlu mengevaluasi diri dengan
keadaan Indonesia saat ini.
Menukil
dari perkataan salah satu Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang
mengatakan bahwa “Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu
Anda dapat mengubah dunia”. Begitu dahsyatnya peran pendidikan di dunia ini
sampai bisa mengubah dunia ternyata sudah banyak terbukti. Semakin tinggi tingkat
pendidikan sebuah negara, semakin maju pula negara tersebut. Untuk itu
Indonesia juga harus ikut berpacu meningkatkan diri di bidang pendidikan jika
tidak mau kalah dengan negara lain.
Sehubungan
dengan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, dalam Undang-Undang Dasar 1945
bangsa Indonesia telah mempunyai cita-cita yang luhur yaitu ikut serta dalam
‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ (UUD 1945). Artinya bahwa bangsa kita telah
bertekad untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sementara itu,
pemerintah telah berupaya untuk terus menerus membenahi Kurikulum pendidikan di
sekolah-sekolah di seluruh penjuru Indonesia. Mulai dari Kurikulum 1974,
Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi),
Kurikulum 2006 (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan) dan yang terakhir adalah
Kurikulum 2013 yang sekarang sedang diterapkan pada beberapa sekolah yang
terpilih sebagai Pilot Project untuk menerapkan Kurikulum 2013 ini,
semua pada dasarnya bertujuan sama yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia.
Akan tetapi, pembenahan mutu
pendidikan secara global harus dibarengi dengan peningkatan mutu guru secara
menyeluruh. Beberapa tahun silam, penyebaran kebijakan dan pendekatan-pendekatan
pembelajaran baru dirasa belum menyentuh hingga ke seluruh praktisi pendidikan,
terutama di daerah-daerah pinggiran dan pelosok. Memang tidaklah mudah untuk
bisa menyebarluaskan pengetahuan dan pendekatan baru kepada semua guru dan
komponen pendidikan lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain
adalah kurang lancarnya jaringan komunikasi
baik melalui fasilitas fisik maupun kontak antar personil di daerah pedesaan
dan terpencil. Seandainyapun ada itu hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja
dan belum populer di kalangan guru dan tenaga pendidik lainnya. Faktor penyebab
lain adalah sebagian besar masyarakat di Indonesia masih gagap teknologi
tingkat tinggi. Bahkan para guru juga masih banyak yang awam dengan teknologi
modern, misalnya dalam pengoperasian komputer, yang sebenarnya sangat penting
untuk kebutuhan pembelajaran saat ini, yaitu Pengolah Kata (Ms Word), Pengolah
Angka (Ms Excel), Data Base, dan program-program lainnya. Dalam hal pencarian
pengetahuan yang lebih luas, sebenarnya guru dan komponen pendidik lainnya bisa
juga memanfaatkan Internet. Dengan ketrampilan mengeksplorasi Internet, penulis
yakin dunia seakan berada dalam genggaman kita sebagai praktisi pendidikan.
Yang terakhir adalah faktor yang paling vital, yaitu belum adanya tindakan
penyebaran yang bisa menjangkau daerah-daerah pelosok sehingga terjadi
ketidakseimbangan tingkat sumber daya manusia antara daerah satu dengan
lainnya.
Sebagai
tenaga pendidik masa kini, sangatlah penting untuk selalu meningkatkan
kompetensi dan potensi diri, baik pengembangan secara administrasi maupun
pengembangan potensi diri untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional.
Desakan dan tuntutan jaman untuk mengimbangi budaya dan teknologi dunia barat
mutlak harus dilakukan, terutama dengan peningkatan mutu sumber daya tenaga guru
di Indonesia. Dengan mutu pendidikan yang baiklah bangsa Indonesia akan mampu
bersaing di dunia internasional.
Oleh karena itu, penulis
sangat berkeinginan untuk selalu berpartisipasi dalam penyebarluasan pengetahuan
dan pendekatan-pendekatan mutakhir dalam dunia pembelajaran di sekolah dasar
dan menengah. Dalam karya tulis ini, penulis akan memaparkan tentang
keterlibatannya dalam program peningkatan mutu pendidikan berupa Pelatihan Guru
dan Tenaga Kependidikan lainnya. Yang pertama yaitu pada tahun 2005-2007
menjadi District Trainer di sebuah program pelatihan yang didanai oleh
Pemerintah Australia yang disebut dengan IAPBE (Indonesia Australia
Partnership in Basic Education) atau Program Kemitraan Indonesia Ausralia
untuk Pendidikan Dasar. Yang kedua yaitu pada tahun 2007-2010 menjadi Master
Trainer dalam sebuah proyek yang juga didanai oleh Pemerintah Australia,
LAPIS-ELTIS (Learning Assistance Program for Islamic Schools-English
Language Training for Islamic Schools) atau Program Bantuan Belajar bagi
Sekolah Islam/Madrasah dalam hal ini program untuk Pelatihan Bahasa Inggris
bagi Sekolah Islam/Madrasah. Yang terakhir, penulis akan memaparkan
pengembangan dan penyebaran yang bisa dilakukan di madrasah sendiri maupun tempat
lainnya.
BAB II
MENJADI DISTRICT TRAINER DI
IAPBE
(Indonesia Australia
Partnership in Basic Education)
Sejak
bertugas pertama di MTsN Model Trenggalek, penulis sudah terlibat dalam
peningkatan mutu guru, yaitu sebagai fasilitator dalam In Service Training se
Wilker Kediri III. Di samping itu, juga aktif sebagai Guru Inti untuk membantu
di MGMP dan menulis LKS. Kemudian pindah tugas ke MTsN Tambakberas Jombang pada
tahun 2005, penulis langsung bergabung di sebuah program kemitraan dengan
Pemerintah Australia yaitu IAPBE (Indonesia Australia Partnership in Basic
Education) setelah melalui seleksi administrasi, wawancara dan praktek
mengajar.
Indonesia
Australia Partnership in Basic Education (IAPBE) adalah program kemitraan antara
pemerintah Indonesia dan Australia di bidang pendidikan dasar yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Jawa Timur, khususnya di tiga
Kabupaten sasaran yaitu Jombang, Gresik dan Jember (IAPBE, 2007). IAPBE lahir
pada tahun 2004 dan telah berhasil meningkatkan kualitas 180 sekolah sasaran
dari tiga kabupaten sasaran tersebut. Program ini melatih hampir semua komponen
yang ada di sekolah, yaitu guru, kepala sekolah, pengawas, komite sekolah dan
Tim sekolah yang meliputi guru, orang tua peserta didik, komite dan kepala
sekolah. Tm sekolah juga dari unsur Kepala UPTD, Camat, Komisi D DPRD dan Dewan
Pendidikan.
Penulis adalah salah satu District
Trainer (Pelatih Kabupaten) di Jombang pada tahun kedua usia IAPBE tahun
2005 dan menjadi Pelatih Tahap 2 dengan sasaran kecamatan Jombang dan Perak. Di
awal perekrutan Pelatih, diberikan pelatihan pelatih atau Training of
Trainers (TOT) di Malang yang bertujuan untuk mempersiapkan guru-guru
terbaik yang sudah terpilih menjadi Pelatih agar mampu dan siap untuk
melaksanakan berbagai pelatihan untuk guru, komite dan tim sekolah dari
sekolah-sekolah sasaran IAPBE.
TOT dilaksanakan dalam 4
seri A, B, C, D yang masing-masing dilaksanakan selama 4 hari atau equivalen
dengan 31,5 jam. Materi disiapkan berbeda untuk setiap seri, akan tetapi ada
materi yang sengaja diulang untuk penguatan. Materi TOT meliputi Sekolah
Efektif, Peningkatan Peran Serta Masyarakat, Outbound Activities, Pembelajaran
PAKEM dan Kontekstual, Kurikulum, Strategi Pembelajaran, Penciptaan Lingkungan
Belajar yang Kondusif, Penilaian Berbasis Kelas, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
Micro Teaching, Rencana Pengembangan Sekolah, Visi Misi Tujuan Sasaran Sekolah,
Analisis SWOT, Program Sekolah, RAPBS, Monitoring dan Evaluasi Sekolah,
Silabus, Pembelajaran Inklusif Gender, Tujuan Peran dan Fungsi Komite Sekolah,
AD ART Komite sekolah, Program Kerja Komite Sekolah, Monev Komite, Ketrampilan
berkomunikasi dan Mengelola Konflik, Pembelajaran Orang Dewasa, Real Teaching,
Tim Building, Mengelola KKG dan MGMP, Ketrampilan Negosiasi, Penelitian
Tindakan Kelas, Gender dan PSM, Penggalian dan Pendalaman Materi Ajar.
Setelah TOT seri A, B dan C,
penulis harus sudah berperan aktif di kabupaten dalam pelatihan Komite Sekolah,
Tim Sekolah dan Guru SD/MI dan SMP/MTs. Meskipun seiring dengan berjalannya
Pelatihan yang ada di kabupaten, penulis juga tetap harus menjalani Pelatihan
Pelatih untuk Tahap berikutnya untuk materi lanjut, antara lain KTSP, Gender,
Pelaporan hasil kegiatan, Ketrampilan menggunakan pohon masalah, Standar
Pelayanan Minimal, Penciptaan Lingkungan Sekolah yang Sehat dan Aman,
Penciptaan Sistem Administrasi sekolah yang Efektif, juga Ketrampilan
memberdayakan warga sekolah.
Pelatihan yang pertama yaitu
Pelatihan Komite Sekolah. Pelatihan ini diadakan karena Komite Sekolah
mempunyai peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang efektif atau sekolah
yang berMBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Dalam menjalankan fungsi dan
perannya, Komite Sekolah harus memiliki kompetensi yaitu sebagai Pemberi Pertimbangan,
Pendukung, Pengontrol dan Mediator bagi sekolah. Dengan kompetensi yang
dimiliki dan dianggap memadai diharapkan dapat meningkatkan kualitas sekolah
yang dibinanya.
Sasaran peserta Pelatihan
Komite Sekolah SD/MI, SMP/MTs ini adalah ketua, wakil ketua, sekretaris dan
bendahara.
Pelatihan selanjutnya yaitu
Pelatihan Tim Sekolah. Tim Sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam
pengembangan sekolah efektif. Komponen Tim Sekolah yang menjadi sasaran adalah
kepala sekolah, guru senior, ketua komite sekolah, dan wakil orang tua siswa.
Sedangkan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta adalah Tim Sekolah mampu
bersama-sama mewujudkan sekolah yang berMBS, mampu memberikan dukungan untuk
mewujudkan sekolah yang menerapkan pembelajaran PAKEM/CTL dan mampu memberikan
dukungan terhadap manajemen yang responsif gender.
Jenis pelatihan yang ketiga
adalah Pelatihan Guru SD/MI dan SMP/MTs. Guru adalah kunci keberhasilan
pembelajaran di kelas. Untuk itu guru harus memahami dan terampil secara
menyeluruh dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran. Penulis dan seluruh tim IAPBE sangat memperhatikan
kebutuhan guru dalam meningkatkan kualitasnya dalam pembelajaran berupa
pelatihan-pelatihan guru yang berjenjang ini, mulai dari materi-materi dasar
sampai materi tingkat pengayaan. Para guru tersebut terdiri dari guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, Kelas awal dan Bahasa Inggris
Sedangkan kompetensi yang
harus dicapai oleh peserta dalam pelatihan guru adalah mampu menerapkan
PAKEM/CTL pada mata pelajaran Matematika, Sains, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris atau Kelas Awal, mampu menerapkan prinsip sekolah berMBS/sekolah
efektif dan cara mewujudkannya dan mampu menerapkan pembelajaran yang responsif
gender.
Dalam pelaksanaannya, baik
para peserta Komite Sekolah, Tim Sekolah dan para guru SD/MI dan SMP/MTs sangat
antusias dan bersemangat dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
IAPBE. Mereka merasa benar-benar membutuhkan materi-materi yang sudah ditawarkan
oleh IAPBE karena jarang sekali bahkan belum ada lembaga atau organisasi yang
mengadakan pelatihan dengan materi-materi seperti tersebut di atas. Pada akhir
program ini selesai, hampir semua peserta berharap bahwa program pelatihan akan
tetap dilanjutkan, meskipun oleh pengelola dan pelaksana yang lain.
BAB III
MENJADI MASTER TRAINER DI
ELTIS
(English Language Training
for Islamic Schools)
Setelah
program di IAPBE selesai pada tahun 2007, penulis mengajukan permohonan untuk
bisa bisa terlibat dalam program English Language Training for Islamic
Schools (ELTIS). Setelah melalui
beberapa tahap seleksi, yaitu tes IELTS, wawancara dan praktek mengajar,
penulis resmi menjadi Master Trainer ELTIS untuk Provinsi Jawa Timur.
ELTIS adalah program pendidikan yang didanai oleh Pemerintah Australia di
bidang pelatihan Bahasa Inggris bagi sekolah-sekolah Islam atau Madrasah. ELTIS
bertujuan untuk mengembangkan keahlian berbahasa Inggris dan kemampuan mengajar
lebih dari 750 guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari Jawa Timur, Madura, NTB dan
Sulawesi Selatan, juga untuk memperkuat kapasitas lembaga-lembaga perguruan
tinggi mitra untuk merencanakan, mengelola dan mengadakan pelatihan Bahasa
Inggris dan guru di tempat kerja, dan menguatkan jaringan dukungan daerah.
ELTIS bekerja sama dengan tiga perguruan tinggi Islam, yaitu IAIN Sunan Ampel
Surabaya, IAIN Mataram dan STAIN Watampone, Bone. Sementara di dalam
sekolah-sekolah target sendiri, tujuan ELTIS adalah untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa Inggris baik peserta didik putri maupun putra di Madrasah
Tsanawiyah melalui pengembangan kemampuan bahasa dan mengajar guru-guru Bahasa
Inggris.
Sebelum
melatih peserta, penulis harus menjalani Short Course terlebih dahulu, yaitu
Cambridge ESOL (English for Speakers of Other Languages)-ICELT (In-service
Certificate of English Language Teaching) selama 20 minggu. Short Course ini
dilaksanakan di IALF Bali dan para Master Trainers harus menyelesaikan tiga
Modul ICELT, antara tentang Bahasa untuk Guru (Language for Teachers),
Praktek Mengajar (Teaching Practice) dan Metode Mengajar (Methodology).
Dengan ketiga modul tersebut, penulis digembleng dengan berbagai ilmu
pembelajaran, mulai dari mengamati bahasa guru dan peserta didik, penggunaan
bahasa Inggris di kelas, merencakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
serta metode-metode dan teknik pembelajaran Bahasa Inggris yang menyenangkan di
kelas. Selain materi tersebut, penulis juga menjalani beberapa workshop
tambahan, antara lain workshop Training of Trainers, Guru sebagai Agen
Perubahan (Agent of Change), workshop HIV dan AIDS, Gender dan workshop motivasi lainnya.
Program pelatihan yang
diadakan ELTIS adalah pelatihan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris guru
(ELU=English Language Upgrading) dan kemampuan mengajar Bahasa Inggris
dengan pendekatan yang Communicative (CELTT= Communicative English
Language Teacher Training). Dalam hal ini, penulis terpilih untuk menjadi
Pelatih di CELTT. Sehingga dalam TOT penulis bersama Master Trainers lainnya
juga mendesain Modul CELTT, mempresentasikan dan mempraktekkannya untuk melihat
sejauh mana respon peserta. Penulis benar-benar merasakan banyak sekali ilmu
yang diperoleh dalam ICELT course ini.
Pada
awal tahun 2008, mulailah penulis memberi training pada guru-guru Bahasa
Inggris MTs dari sekolah sasaran kabupaten Bondowoso, Situbondo, Probolinggo.
Pada tahap-tahap terakhir program ini, ditambah kabupaten Sumenep dan
Pamekasan, Madura. Peserta dari daerah sebelumnya sudah diseleksi dan
dikelompokkan sesuai dengan hasil Placement Test. Peserta tidak akan memasuki
Tahap Pelatihan CELTT sebelum lolos dalam Pelatihan ELU sampai Modul 4.
Sedangkan pelatihan CELTT terdiri dari lima Modul. Modul 1 tentang
Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Inggris yang Komunikatif (CLT) bagian 1.
Modul 2 masih melanjutkan materi CLT bagian 2. Modul 3 tentang Pengajaran
ketrampilan Listening dan Reading. Modul 4 tentang Pengajaran
ketrampilan Speaking dan Writing. Sedangkan yang terakhir Modul 5
tentang Pengajaran Grammar dan Vocabulary.
Dalam
setiap pelatihan para Trainee diharapkan mampu mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya sebagai bekal untuk proses pembelajaran di madrasah
masing-masing. Dalam hal ini, berbagai materi dan metode yang disajikan
haruslah menjadi inspirasi pembelajaran yang lebih baik untuk peserta didiknya.
Para trainee benar-benar tampak antusias di setiap pelatihan meskipun tampak
sekali perbedaan kemampuan dasar mereka.
Sebagai bentuk monitoring
ELTIS, para Master Trainers dijadwal juga untuk melaksanakan Kunjungan Sekolah
(School Visits) setelah trainee menjalani CELTT 3 dan 5. Hal ini
bertujuan untuk memberikan dukungan kepada para trainee di sekolah
masing-masing, menyediakan feedback atau umpan balik bagi guru/trainee
dalam pembelajaran mereka di kelas, dan untuk memantau sejauh mana para trainee
mampu menyerap dan menerapkan Pembelajaran Bahasa Inggris yang Komunikatif di
kelas mereka sendiri dengan segala keterbatasan mereka.
Diantara para trainee, ada
beberapa yang dipilih untuk menjadi District Trainers untuk daerah
masing-masing. Mereka juga diberi workshop Cambridge ESOL Teaching Knowledge
Test (TKT) Preparation Course dan TOT di IALF Bali. Ka dipersiapkan untuk
menjadi penerus Master Trainers setelah Program ELTIS berakhir untuk tetap
menghidupkan kegiatan MGMP mereka. Ada 5 MGMP Groups di Jawa Timur yang
dibentuk ELTIS untuk menyediakan sebuah forum bagi guru untuk bertemu dan
mendiskusikan isu-isu dalam proses belajar mengajar dan mengembangkan
ketrampilan yang relevan, serta kesempatan pengembangan guru yang terus menerus
melalui komunitas berbahasa Inggris tingkat kabupaten.
Selain kegiatan di atas,
penulis juga termasuk salah satu Master Trainers yang terpilih dalam penulisan
Paket Materi ELT ELTIS (Resource Packs) yang sebelumnya juga dibekali dengan
Workshop Pembuatan Materi dari IQRA’ Singapore. Setelah itu penulis dan tim
Resource Packs terus menerus bekerja untuk menghasilkan sebuah Paket Buku
Suplemen sebagai pendukung Buku Paket di madrasah. Materi dalam Resource Pack
didesain bernuasa Islam, jadi semua konteks dalam semua materi harus
memperhatikan kaidah-kaidah pembelajaran Islam.
Selama tiga tahun menjadi
Master Trainer dan berpartisipasi aktif di setiap kegiatan ELTIS merupakan
pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi pengembangan diri dan
karir penulis. Dan ini merupakan bekal yang sangat berharga dalam membantu
rekan guru yang lainnya baik di tempat kerja sendiri dan tempat lain yang
membutuhkan.
BAB IV
PENGEMBANGAN KEGIATAN PASCA
IAPBE DAN ELTIS
Pada
bab ini penulis mencoba mendeskripsikan kegiatan pengembangan pasca IAPBE dan
ELTIS. Ada dua bagian dalam bagian ini, yaitu Kegiatan di dalam madrasah dan di
luar madrasah.
Pada tahun 2008, tepatnya pada
bulan Maret, penulis untuk pertama kalinya diminta oleh Kepala Madrasah, Bapak
Drs. H. Ach. Hasan, M.Pd.I, untuk memberikan pelatihan di madrasah sendiri, MTsN
Tambakberas dengan materi yang sekiranya bermanfaat bagi para guru. Untuk itu,
penulis memilih materi ‘Multi Metode Pembelajaran’ yang secara praktis akan
diterapkan langsung di kelas oleh para guru tersebut. Memang pada saat itu,
para guru di madrasah penulis sangat membutuhkan sekali materi semacam itu.
Pada tahun 2009, penulis
diberi tambahan tugas di MTsN Tambakberas Jombang sebagai Wakil Kepala Bidang
Kurikulum oleh Kepala Madrasah yang baru, yaitu Bpk. Drs. H. Anshori. Hal ini
sangat memberikan kesempatan bagi penulis untuk lebih dekat dengan para guru
dan membantu mereka dengan cara merencanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
meningkatkan profesionalisme atau kualitas dalam pembelajaran mereka di dalam
Program Kurikulum setiap tahunnya. Paling sedikit setahun satu kali harus ada
pelatihan bagi guru maupun pegawai. Nara sumber tidak hanya penulis sendiri,
tetapi lebih sering juga Outsourcing dari lembaga relevan lainnya.
Program pelatihan yang sudah
penulis laksanakan sebagai Wakil Kepala Kurikulum antara lain adalah Workshop I
Action Research sebagai Upaya meningkatkan Profesionalisme Guru. Penulis
mengundang seorang Dosen dari UIN Malang Sebagai Nara sumber. Dalam pelatihan
ini para guru belajar bagaimana menulis sebuah laporan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) sendiri dimana sebelumnya merasa bahwa menulis itu sangat sulit.
Workshop ini dilanjutkan dengan Action Research tahap II dimana para guru
menyerahkan tugas membuat Proposal PTK yang selanjutnya diperiksa dan diberi
feedback oleh nara sumber.
Tim Kurikulum juga
mengadakan Workshop Sosialisasi Administrasi Kurikulum pada bulan Juli 2009,
dimana saat itu Kurikulum mengenalkan beberapa format administrasi baru untuk
Agenda Guru, Jurnal Kelas, dan lain-lain. Pada bulan yang sama Tim Kurikulum
juga mengadakan Kunjungan Belajar ke Universitas Brawijaya Malang, untuk
mengikuti Workshop Pengembangan Metode Pembinaan Siswa Peserta Olimpiade Sains
Nasional. Hal dilakukan karena MTsN Tambakberas berencana untuk mengadakan
Pembinaan Kelas Olimpiade secara Rutin pada tahun berikutnya. Selanjutnya pada
bulan Desember 2009 kami mengadakan pelatihan Bahasa Inggris bagi guru non
Bahasa Inggris. Pelatihan ini bertujuan untuk mempersiapkan para guru untuk
bisa berkomunikasi dua bahasa di dalam kelas.
Pada bulan April 2010
penulis dan Tim Kurikulum baru mempunyai kesempatan untuk mengadakan Pelatihan
Guru Pembina Kelas Olimpiade untuk Mata Pelajaran IPA, IPS, Bahasa Inggris dan
Matematika. Dalam pelatihan ini para pembina kelas Olimpiade diberikan materi
dan soal-soal olimpiade dan diharapkan setelah pelatihan para pembina sudah
siap untuk membina peserta didik di setiap ada kompetisi baik tingkat kabupaten
maupun yang lebih tinggi.
Pada awal tahun ajaran
2010-2011, penulis juga mengadakan workshop tentang Manajemen Sekolah dimana
penulis juga menyajikan materi tentang Classroom Management untuk membekali
para guru dengan berbagai teknik pembentukan kelompok di kelas, dilanjutkan semester
berikutkan pada bulan Januari 2011 dengan workshop Pembuatan Analisis Ulangan
dan Implementasi Team Teaching oleh Pengawas Kemenag Jombang.
Selanjutnya di awal tahun
pelajaran 2011-2012, penulis mengadakan workshop Penulisan Silabus dan RPP
berkarakter. Dan pada tahun berikutnya bulan Oktober 2012, diadakan Pelatihan
Lesson Study serta implementasinya pada bulan berikutnya dimana setiap kelompok
MGMP melakukan Open Class dan mengadakan Refleksi setelahnya untuk memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Materi pelatihan yang tidak
kalah pentingnya bagi guru adalah pelatihan Komputer Program Pengolah Angka
bagi guru, khususnya Wali Kelas. Ketrampilan mengolah angka ini sangat
dibutuhkan sekali oleh guru, terutama dalam mengolah nilai, membuat grafik
untuk proses kemajuan prestasi siswa, juga untuk membuat grafik dalam berbagai
bentuk. Pelatihan ini sudah beberapa kali penulis adakan dan nara sumber juga
dari tenaga ahli ICT Center MTsN Tambakberas Jombang. Pembekalan komputer ini juga
untuk mempersiapkan wali kelas dengan Aplikasi Nilai baru yang diciptakan
sendiri oleh ICT Center untuk mempermudah kerja para wali kelas dalam pembuatan
Laporan Hasil Belajar Peserta Didik kepada Wali Murid. Pelatihan Komputer yang
terakhir dilaksanakan dengan Tema ‘Workshop TI Sebagai Media
Pembelajaran’.
Selain untuk Mata Pelajaran
Umum, sebagai Waka Kurikulum, penulis juga menyeimbangkan kebutuhan akan
pelatihan bagi guru Keagamaan dan Kepesantrenan. Misalnya dengan mengadakan
Kursus Bahasa Arab dengan mendatangkan Nara Sumber berpengalaman, juga
pendalaman Fiqih Wanita untuk semua guru. Yang akan segera diadakan juga
workshop Amtsilati bagi guru Nahwu dan Shorof.
Semua kegiatan di atas
adalah kegiatan yang penulis lakukan di dalam madrasah sendiri. Sementara itu,
sekali waktu penulis juga tetap aktif berpartisipasi dalam pelatihan di luar
madrasah.
Beberapa kegiatan yang sudah
penulis lakukan yaitu pada bulan Maret 2008, membantu memberikan bimbingan
dalam pelatihan PTK bagi guru-guru anggota MGMP MTs se-Kabupaten Jombang. Disini
penulis berbagi pengetahuan tentang bagaimana menulis PTK dengan benar. Yang
paling berat saat menulis adalah pada waktu akan memulai, tetapi sekali kita
memulai, selanjutkan akan lancar dengan sendirinya.
Pada bulan Mei 2012, sebagai
Master Trainer ELTIS, penulis diundang untuk menjadi Nara Sumber dalam
Pelatihan Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Inggris di Madrasah se-Indonesia
di Yogyakarta. Pelatihan ini diadakan oleh Direktorat Pendidikan Madrasah,
Dirjend Pendais Kemenag RI. Penulis benar-benar merasa senang dengan kesempatan
yang sudah diberikan karena bisa bertemu dengan guru-guru dari seluruh propinsi
di Indonesia. Selain itu, penulis juga pernah diminta untuk menjadi Nara Sumber
di Balai Diklat Kegamaan Surabaya pada bulan Juni 2012.
BAB V
PENUTUP
Demikian
sedikit paparan tentang Kegiatan Penulis dalam berpartisipasi aktif di berbagai
pelatihan guru dan pengembangannya baik di madrasah sendiri maupun di luar
madrasah.
Menjadi
District Trainer dalam Program IAPBE Jombang merupakan tambahan pengalaman yang
sangat bermanfaat untuk membantu mengembangan pengetahuan baik di bidang Bahasa
Inggris maupun pengetahuan manajemen dan penerapannya.
Menjadi
Master Trainer dalam Program ELTIS Jawa Timur juga telah menjadikan penulis
semakin matang dalam pemahaman konsep pembelajaran Bahasa Inggris. Dengan bekal
yang cukup dan memadai penulis selalu siap dalam berpartisipasi dalam berbagai
event pelatihan yang diadakan oleh Kementerian Agama.
Pasca
IAPBE dan ELTIS, penulis merasa harus bisa mengembangkan potensi yang, terutama
untuk para guru di sekitarnya, khususnya di MTsN Tambakberas Jombang. Akan
tetapi, juga tidak menutup kemungkinan juga untuk membantu memberikan training
di tempat lain. Dimanapun tempatnya, yang penting dengan tujuan yang sama yaitu
ikut meningkatkan kualitas dan kapasitas guru akan tetap bermanfaat bagi
sesama. Amiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar